Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan sedikit dari peninggalan
sejarah kerajaan-kerajaan di Nusantara yang masih hidup hingga kini,
dan masih mempunyai pengaruh luas di kalangan rakyatnya. Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang
kemudian bergelar Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755.
Pemerintah Hindia Belanda mengakui Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat
sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Semua itu
dinyatakan di dalam kontrak politik. Kontrak politik terakhir
Kasultanan tercantum dalam Staatsblad 1941, No. 47.
Berikut
ini merupakan Sultan-sultan yang memerintah di Kasultanan
Ngayogyakarta Hadiningrat sejak awal didirikan hingga sekarang adalah :
1. Sultan Hamengku Buwono I
Sultan
Hamengku Buwono I (6 Agustus 1717 – 24 Maret 1792) terlahir dengan
nama Raden Mas Sujana yang merupakan adik Susuhunan Mataram II
Surakarta. Sultan Hamengkubuwana I dalam sejarah terkenal sebagai
Pangeran Mangkubumi pada waktu sebelum naik tahta kerajaan
Ngayogyakarta, beliau adalah putra Sunan Prabu dan saudara muda
Susuhunan Pakubuwana II. Karena berselisih dengan Pakubuwana II, masalah
suksesi, ia mulai menentang Pakubuwana II (1747) yang mendapat
dukungan Vereenigde Oost Indische Compagnie atau lebih terkenal sebagai
Kompeni Belanda (perang Perebutan Mahkota III di Mataram).
Dalam
pertempurannya melawan kakaknya, Pangeran Mangkubumi dengan bantuan
panglimanya Raden Mas Said, terbukti sebagai ahli siasat perang yang
ulung, seperti ternyata dalam pertempuran-pertempuran di Grobogan,
Demak dan pada puncak kemenangannya dalam pertempuran di tepi Sungai
Bagawanta. Disana Panglima Belanda De Clerck bersama pasukannya
dihancurkan (1751). peristiwa lain yang penting menyebabkan Pangeran
Mangkubumi tidak suka berkompromi dengan Kompeni Belanda. Pada tahun
1749 Susuhunan Pakubuwana II sebelum mangkat menyerahkan kerajaan
Mataram kepada Kompeni Belanda; Putra Mahkota dinobatkan oleh Kompeni
Belanda menjadi Susuhunan Pakubuwana III. Kemudian hari Raden Mas Said
bercekcok dengan Pangeran Mangkubumi dan akhirnya diberi kekuasaan
tanah dan mendapat gelar pangeran Mangkunegara.
Pangeran
Mangkubumi tidak mengakui penyerahan Mataram kepada Kompeni Belanda.
Setelah pihak Belanda beberapa kali gagal mengajak Pangeran Mangkubumi
berunding menghentikan perang dikirimkan seorang Arab dari Batavia yang
mengaku ulama yang datang dari Tanah Suci. Berkat pembujuk ini
akhirnya diadakan perjanjian di Giyanti (sebelah timur kota Surakarta)
antara Pangeran Mangkubumi dan Kompeni Belanda serta Susuhunan
Pakubuwana III (1755). Menurut Perjanjian Giyanti itu kerajaan Mataram
dipecah menjadi dua, ialah kerajaan Surakarta yang tetap dipimpin oleh
Susuhunan Pakubuwana III dan kerajaan Ngayogyakarta dibawah Pangeran
Mangkubumi diakui sebagai Sultan Hamengkubuwana I yang bergelar
Senopati Ing Ngalaga Sayidin Panatagama Khalifatullah dengan karatonnya
di Yogyakarta. Atas kehendak Sultan Hamengkubuwana I kota
Ngayogyakarta (Jogja menurut ucapan sekarang) dijadikan ibukota
kerajaan. Kecuali mendirikan istana baru, Hamengkubuwana I yang
berdarah seni mendirikan bangunan tempat bercengrama Taman Sari yang
terletak di sebelah barat istananya. Kisah pembagian kerajaan Mataram
II ini dan peperangan antara pangeran-pangerannya merebut kekuasaan
digubah oleh Yasadipura menjadi karya sastra yang disebut Babad
Giyanti. Sultan Hamengkubuwana I dikenal oleh rakyatnya sebagai
panglima, negarawan dan pemimpin rakyat yang cakap. Beliau meninggal
pada tahun 1792 Masehi dalam usia tinggi dan dimakamkan Astana
Kasuwargan di Imogiri. Putra Mahkota menggantikannya dengan gelar
Sultan Hamengkubuwono II. Hamengkubuwana I dianugerahi gelar pahlawan
nasional Indonesia pada peringatan Hari Pahlawan pada 10 November 2006.
2. Sultan Hamengku Buwono II
Hamengkubuwono
II (7 Maret 1750 – 2 Januari 1828) atau terkenal pula dengan nama
lainnya Sultan Sepuh. Dikenal sebagai penentang kekuasaan Belanda,
antara lain menentang gubernur jendral Daendels dan Raffles, sultan
menentang aturan protokoler baru ciptaan Daendels mengenai alat
kebesaran Residen Belanda, pada saat menghadap sultan misalnya hanya
menggunakan payung dan tak perlu membuka topi, perselisihan antara
Hamengkubuwana II dengan susuhunan surakarta tentang batas daerah
kekuasaan juga mengakibatkan Daendels memaksa Hamengkubuwono II turun
takhta pada tahun 1810 dan untuk selanjutnya bertahta secara
terputus-putus hingga tahun 1828 yaitu akhir 1811 ketika Inggris
menginjakkan kaki di jawa (Indonesia) sampai pertengahan 1812 ketika
tentara Inggris menyerbu keraton Yogyakarta dan 1826 untuk meredam
perlawanan Diponegoro sampai 1828. Hamengkubuwono III, Hamengkubuwono IV
dan Hamengkubuwono V sempat bertahta saat masa hidupnyaSri Sultan
Hamengku Buwono II.
Saat
menjadi putra mahkota beliau mengusulkan untuk dibangun benteng kraton
untuk menahan seragan tentara inggris. Tahun 1812 Raffles menyerbu
Yogyakarta dan menangkap Sultan Sepuh yang kemudian diasingkan di Pulau
Pinang kemudian dipindah ke Ambon.
3. Sultan Hamengku Buwono III
Hamengkubuwana
III (1769 – 3 November 1814) adalah putra dari Hamengkubuwana II
(Sultan Sepuh). Hamengkubuwana III memegang kekuasaan pada tahun 1810.
Setahun kemudian ketika Pemerintah Belanda digantikan Pemerintah
Inggris di bawah pimpinan Letnan Gubernur Raffles, Sultan
Hamengkubuwana III turun tahta dan kerajaan dipimpin oleh Sultan Sepuh
(Hamengkubuwana II) kembali selama satu tahun (1812). Pada masa
kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana III keraton Yogyakarta mengalami
kemunduran yang besar-besaran. Kemunduran-kemunduran tersebut antara
lain :
1. Kerajaan Ngayogyakarta diharuskan melepaskan daerah Kedu,
separuh Pacitan, Japan, Jipang dan Grobogan kepada Inggris dan diganti
kerugian sebesar 100.000 real setahunnya.
2. Angkatan perang kerajaan diperkecil dan hanya beberapa tentara keamanan keraton.
3.
Sebagian daerah kekuasaan keraton diserahkan kepada Pangeran
Notokusumo yang berjasa kepada Raffles dan diangkat menjadi Pangeran
Adipati Ario Paku Alam I.
Pada tahun 1814 Hamengkubuwana III mangkat dalam usia 43 tahun.
4. Sultan Hamengku Buwono IV
Hamengkubuwono
IV (3 April 1804 – 6 Desember 1822) sewaktu kecil bernama BRM Ibnu
Jarot, diangkat sebagai raja pada usia 10 tahun, karenanya dalam
memerintah didampingi wali yaitu Paku Alam I hingga tahun 1820. Pada
masa pemerintahannya diberlakukan sistem sewa tanah untuk swasta tetapi
justru merugikan rakyat. Pada tahun 1822 beliau wafat pada saat
bertamasya sehingga diberi gelar Sultan Seda Ing Pesiyar (Sultan yang
meninggal pada saat berpesiar).
5. Sultan Hamengku Buwono V
Hamengkubuwono
V (25 Januari 1820 – 1826 dan 1828 – 4 Juni 1855) bernama kecil Raden
Mas Menol dan dinobatkan sebagai raja di kesultanan Yogyakarta dalam
usia 3 tahun. Dalam memerintah beliau dibantu dewan perwalian yang
antara lain beranggotakan Pangeran Diponegoro sampai tahun 1836. Dalam
masa pemerintahannya sempat terjadi peristiwa penting yaitu Perang Jawa
atau Perang Diponegoro yang berlangsung 1825 – 1830. Setelah perang
selesai angkatan bersenjata Kesultanan Yogyakarta semakin diperkecil
lagi sehingga jumlahnya menjadi sama dengan sekarang ini. Selain itu
angkatan bersenjata juga mengalami demiliterisasi dimana jumlah serta
macam senjata dan personil serta perlengkapan lain diatur oleh Gubernur
Jenderal Belanda untuk mencegah terulangnya perlawanan kepada Belanda
seperti waktu yang lalu.
Beliau mangkat pada tahun 1855 tanpa meninggalkan putra yang dapat menggantikannya dan tahta diserahkan pada adiknya.
6. Sultan Hamengku Buwono VI
Sultan
Hamengku Buwono VI (19 Agustus 1821 – 20 Juli 1877) adalah adik dari
Hamengkubuwono V. Hamengkubuwono VI semula bernama Pangeran Adipati
Mangkubumi. Kedekatannya dengan Belanda membuatnya mendapat pangkat
Letnan Kolonel pada tahun 1839 dan Kolonel pada tahun 1847 dari Belanda.
7. Sultan Hamengku Buwono VII
Nama
aslinya adalah Raden Mas Murtejo, putra Hamengkubuwono VI yang lahir
pada tanggal 4 Februari 1839. Ia naik takhta menggantikan ayahnya sejak
tahun 1877.
Pada masa
pemerintahan Hamengkubuwono VII, banyak didirikan pabrik gula di
Yogyakarta, yang seluruhnya berjumlah 17 buah. Setiap pendirian pabrik
memberikan peluang kepadanya untuk menerima dana sebesar Rp 200.000,00.
Hal ini mengakibatkan Sultan sangat kaya sehingga sering dijuluki
Sultan Sugih.
Masa
pemerintahannya juga merupakan masa transisi menuju modernisasi di
Yogyakarta. Banyak sekolah modern didirikan. Ia bahkan mengirim
putra-putranya belajar hingga ke negeri Belanda.
Pada
tanggal 29 Januari 1920 Hamengkubuwono VII yang saat itu berusia lebih
dari 80 tahun memutuskan untuk turun tahta dan mengangkat putra
mahkota sebagai penggantinya. Konon peristiwa ini masih dipertanyakan
keabsahannya karena putera mahkota (GRM. Akhadiyat) yang seharusnya
menggantikan tiba-tiba meninggal dunia dan sampai saat ini belum jelas
penyebab kematiannya.
Dugaan
yang muncul ialah adanya keterlibatan pihak Belanda yang tidak setuju
dengan putera Mahkota pengganti Hamengkubuwono VII yang terkenal selalu
menentang aturan-aturan yang dibuat pemerintah Batavia.
Biasanya
dalam pergantian tahta raja kepada putera mahkota ialah menunggu
sampai sang raja yang berkuasa meninggal dunia. Namun kali ini berbeda
karena pengangkatan Hamengkubuwono VIII dilakukan pada saat
Hamengkubuwono VII masih hidup, bahkan menurut cerita masa lalu sang
ayah diasingkan oleh anaknya pengganti putera mahkota yang wafat ke
Keraton di luar keraton Yogyakarta.
Hamengkubuwono
VII dengan besar hati mengikuti kemauan sang anak (yang di dalam
istilah Jawa disebut mikul dhuwur mendhem jero) yang secara politis
telah menguasai kondisi di dalam pemerintahan kerajaan. Setelah turun
tahta, Hamengkubuwono VII pernah mengatakan “Tidak pernah ada Raja yang
mati di keraton setelah saya” yang artinya masih dipertanyakan. Sampai
saat ini ada dua raja setelah dirinya yang meninggal di luar keraton,
yaitu Hamengkubuwono VIII meninggal dunia di tengah perjalanan di luar
kota dan Hamengkubuwono IX meninggal di Amerika Serikat. Bagi
masyarakat Jawa adalah suatu kebanggaan jika seseorang meninggal di
rumahnya sendiri. Hamengkubuwono VII meninggal di keraton pada tanggal
30 Desember 1931 dan dimakamkan di Imogiri.
Versi
lain mengatakan bahwa Hamengkubuwono VII meminta pensiun kepada
Belanda untuk madeg pandito (menjadi pertapa) di Pesanggrahan
Ngambarukmo (sekarang Ambarukmo). Sampai saat ini bekas pesanggrahan itu
masih ada dan di sebelah timurnya dulu pernah berdiri Hotel Ambarukmo
yang sekarang sudah tidak ada lagi.
8. Sultan Hamengku Buwono VIII
Sri
Sultan Hamengkubuwono VIII (Kraton Yogyakarta Adiningrat, 3 Maret 1880
– Kraton Yogyakarta Adiningrat, 22 Oktober 1939) adalah salah seorang
raja yang pernah memimpin di Kesultanan Yogyakarta. Dinobatkan menjadi
Sultan Yogyakarta pada tanngal 8 Februari 1921. Pada masa
Hamengkubuwono VIII, Kesultanan Yogyakarta mempunyai banyak dana yang
dipakai untuk berbagai kegiatan termasuk membiayai sekolah-sekolah
kesultanan.
Putra-putra Hamengkubuwono VIII banyak disekolahkan
hingga perguruan tinggi, banyak diantaranya di Belanda. Salah satunya
adalah GRM Dorojatun, yang kelak bertahta dengan gelar Hamengkubuwono
IX, yang bersekolah di Universitas Leiden.
Pada
masa pemerintahannya, beliau banyak mengadakan rehabilitasi bangunan
kompleks keraton Yogyakarta. Salah satunya adalah bangsal Pagelaran
yang terletak di paling depan sendiri (berada tepat di selatan
Alun-alun utara Yogyakarta). Bangunan lainnya yang rehabilitasi adalah
tratag Siti Hinggil, Gerbang Donopratopo, dan Masjid Gedhe. Beliau
meninggal pada tanggal 22 Oktober 1939 di RS Panti Rapih Yogyakarta
karena menderita sakit.
9. Sultan Hamengku Buwono IX
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX (Yogyakarta, 12 April 1912-Washington, DC,
AS, 1 Oktober 1988) adalah salah seorang raja yang pernah memimpin di
Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau
juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau
juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat
sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.Lahir di Yogyakarta
dengan nama GRM Dorojatun, Hamengkubuwono IX adalah putra dari Sri
Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Diumur 4 tahun
Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh
pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung.
Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda
(”Sultan Henkie”). Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan
Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem
Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengkubuwono Senopati Ing Alogo
Ngabdurrokhman Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping
Songo”. Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan
mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar
pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat
“Istimewa”.
Sejak
1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang
dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah
ialah Menteri Utama di bidang Ekuin. Pada tahun 1973 beliau diangkat
sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978,
beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan
alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan
sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang
represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Minggu
malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University
Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan
Mataram di Imogiri.
10. Sultan Hamengku Buwono X
Sri
Sultan Hamengkubuwono X (Kraton Yogyakarta Hadiningrat, 2 April 1946 –
sekarang) adalah salah seorang raja yang pernah memimpin di Kasultanan
Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta sejak 1998.
Hamengkubuwono X lahir dengan nama BRM Herjuno Darpito. Setelah dewasa
bergelar KGPH Mangkubumi dan setelah diangkat sebagai putra mahkota
diberi gelar KGPAA Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing
Mataram. Hamengkubuwono X adalah seorang lulusan Fakultas Hukum UGM dan
dinobatkan sebagai raja pada tanggal 7 Maret 1989 (Selasa Wage 19
Rajab 1921) dengan gelar resmi Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng
Sri Sultan Hamengku Buwono Senapati ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin
Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Dasa.
Hamengkubuwono
X aktif dalam berbagai organisasi dan pernah memegang berbagai jabatan
diantaranya adalah ketua umum Kadinda DIY, ketua DPD Golkar DIY, ketua
KONI DIY, Dirut PT Punokawan yang bergerak dalam bidang jasa
konstruksi, Presiden Komisaris PG Madukismo, dan pada bulan Juli 1996
diangkat sebagai Ketua Tim Ahli Gubernur DIY.Setelah Paku Alam VIII
wafat, dan melalui beberapa perdebatan, pada 1998 beliau ditetapkan
sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dengan masa jabatan
1998-2003. Dalam masa jabatan ini Hamengkubuwono X tidak didampingi
Wakil Gubernur. Pada tahun 2003 beliau ditetapkan lagi, setelah terjadi
beberapa pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk
masa jabatan 2003-2008. Kali ini beliau didampingi Wakil Gubernur
yaitu Paku Alam IX.Sejak menggantikan ayahnya, Sri Sultan Hamengku
Buwono IX yang meninggal di Amerika, 8 Oktober 1988, Ngersa Dalem,
demikian ia biasa disapa, dikenal sebagai sosok yang dekat dengan
rakyatnya.
Dalam
suatu kesempatan, ia pernah mengatakan, keberpihakan pada rakyat itu
tetap harus dilakukan sebagai suatu panggilan. “Saya harus membentuk
jati diri untuk tumbuh dan mengembangkan wawasan untuk keberpihakan itu
sendiri sebagai suatu kewajiban yang harus dilakukan. Selain itu,
masyarakat juga agar mengetahui setiap gerak langkah saya dalam
membentuk jati diri, dan rakyat diberi kesempatan untuk melihat bener
atau tidak, mampu atau tidak, sependapat atau tidak, dan sebagainya”,
ujuarnya.
Keberpihakannya
pada rakyat ini memang terbukti. Pada 14 Mei 1998, ketika gelombang
demontrasi mahasiswa semakin membesar, Sultan mengatakan, “Saya siap
turun ke jalan”. Ia benar-benar tampil dan berpidato di berbagai tempat
menyuarakan pembelaan pada rakyat, sambil berpesan “Jogja harus
menjadi pelopor gerakan reformasi secara damai, tanpa kekerasan”.Aksi
turun ke jalan yang dilakukan Sri Sultan HB X itu bukan tanpa alasan.
“Jika pemimpin tidak benar, kewajiban saya untuk mengingatkan. Karena
memang kebangetan (keterlaluan), ya tak pasani sesasi tenan (ya saya
puasai sebulan penuh)”, katanya.
Puasa
itu dimulai 19 April dan berakhir 19 Mei 1998 saat Sri Sultan HB X dan
Sri Paku Alam VIII tampil bersama menyuarakan “Maklumat Yogyakarta”,
yang mendukung gerakan reformasi total dan damai. Itu yang dia sebut
ngelakoni. Pada akhir puasa, ia mengaku mendapat isyarat kultural
“Soeharto jatuh, manakala omah tawon sekembaran dirubung laron sak
pirang-pirang” (sepasang sarang tawon dikerumuni kelekatu dalam jumlah
sangat banyak).
“Bukan maksud saya mengabaikan peran mahasiswa. Saya
hanya mendukung gerakan itu dengan laku kultural. Itu maksud saya”.
Memang, sehari setelah banjir massa yang jumlahnya sering disebut lebih
dari sejuta manusia di Alun-alun Utara Jogjakarta—mengikuti Aksi
Reformasi Damai dengan mengerumuni sepasang berigin berpagar (ringin
kurung)—Soeharto pun lengser.
Sri
Sultan HB X dengan Keraton Jogjakarta-nya memang fenomenal.
Kedekatannya dengan rakyat, dan karena itu juga kepercayaan rakyat
terhadapnya, telah menjadi ciri khas yang mewarisi hingga kini. Lihat
saja, misalnya, pada 20 Mei 1998, di bawah reksa Sultan, aparat
keamanan berani melepas mahasiswa ke alun-alun utara. Sebelum itu
hampir setiap hari mahasiswa bersitegang melawan aparat keamanan untuk
keluar dari kampus.
Di pagi hari yang cerah di hari peringatan
Kebangkitan Nasional 1998 itu, mahasiswa berbaris dengan amat tertib
menyuarakan “mantra” sakti reformasi menuju Alun-alun Utara. Mereka
pergi untuk mendengarkan maklumat yang akan dibacakan sebagai semacam
pernyataan politik Sri Sultan.
Di era reformasi, bersama Gus Dur,
Megawati dan Amien Rais, Sultan Hamengku Buwono X menjadi tokoh yang
selalu diperhitungkan. Legitimasi mereka berempat sebagai tokoh-tokoh
yang dipercaya rakyat bahkan melebihi legitimasi yang dimiliki lembaga
formal seperti DPR. Mereka berempat adalah deklarator Ciganjur, yang
lahir justru ketika MPR sedang melakukan bersidang. Mereka berempat,
plus Nurcholis Madjid dan beberapa tokoh nasional lain, diundang Pangab
Jenderal TNI Wiranto untuk ikut mengupayakan keselamatan bangsa,
setelah pristiwa kerusuhan di Ambon.Pada masa kepemimpinannya,
Yogyakarta mengalami gempa bumi yang terjadi pada bulan Mei 2006 dengan
skala 5,9 sampai dengan 6,2 Skala Richter yang menewaskan lebih dari
6000 orang dan melukai puluhan ribu orang lainnya.
Pada
peringatan hari ulang tahunnya yang ke-61 di Pagelaran Keraton 7 April
2007, ia menegaskan tekadnya untuk tidak lagi menjabat setelah periode
jabatannya 2003-2008 berakhir. Dalam pisowanan agung yang dihadiri
sekitar 40.000 warga, ia mengaku akan mulai berkiprah di kancah
nasional. Ia akan menyumbangkan pemikiran dan tenaganya untuk
kepentingan bangsa dan negara.
sumber
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
google translate
Arsip Blog
-
▼
2010
(482)
-
▼
Desember
(125)
- foto keadaan setelah diterjang badai es dahsyat !!
- potret pemain Timnas di piala AFF
- Firman Gagal Pinalti, Riedl Enggan Berkomentar
- Piala AFF Momentum Bersatunya Suporter Tanah Air
- Gawat!! Penyusupan Supporter Malaysia di GBK Bakal...
- Waspada Tiket Palsu AFF 2010
- Cara Memilih Sports Bra Bagi Wanita Berdada Besar
- Hanya 500 Orang, Fans Malaysia tak Pakai Atribut d...
- Jutaan Pelajar China Tawarkan Jadi Selir? Mau!
- Kantor Unik Kantor ING (International Netherlande ...
- The 5 Hottest Sports Reporters
- WOW!! SEREM!! Maria das Dores, Nenek ini Bangkit d...
- 8 Peristiwa Anomali Alam yang mungkin belum pernah...
- Inilah Foto Alfred Riedl Waktu Muda
- Sebagian besar tidak suka malaysia
- Laser Suporter Malaysia tertangkap Kamera
- komentar dari berbagai kalangan
- Ramalan: Suatu Saat Nanti Indonesia Akan Menguasai...
- Mari Kita Dukung Gerakan Nurdin Halid Agar Diklaim...
- Suporter Malaysia Takut Datang Ke Jakarta??
- Misteri Angka 26 dan Kekalahan Timnas dari Malaysi...
- Nurdin Halid: Kemenangan Malaysia Tidak Sportif da...
- Foto Supporter (Penyokong) Timnas Malaysia Lecehka...
- Cara Membangkitkan Seseorang dari Kematian
- Apa Benar Hari Rabu adalah Hari Tersial Dalam Semi...
- NASA: Ini Foto Keajaiban Tsunami Aceh
- Arkeolog: Sinterklas Berasal Dari Turki
- Semangat Berkarya dari Ruang Pengap
- Berapa Harga yang Pantas untuk Tiket Final AFF Cup...
- Misteri Kamar Paling Angker di Inggris
- Kiyoshi Sakurazuka, Pria Tercantik Di Dunia
- 10 Orang Bernama Paling Gokil!!!
- Keunikan Pada Layout Profil Facebook yang Baru
- Sering Makan Ikan Asin Bisa Aktifkan Virus Epstein...
- Aturan Pajak Warteg
- Silsilah Lengkap Raja-raja Ngayogyakarta Hadiningrat
- Racun dalam Sebatang Rokok
- Brosur Terlucu Sepanjang Sejarah!!!
- Mengenal Tentang Ir. Soekarno
- Fakta Unik Mengenai Proklamasi
- 5 Penyanyi Indonesia Yang Mati Muda
- 5 Makanan Untuk Terapi Patah Hati
- Adalah Oliver Rifai, remaja berusia 17 tahun ini s...
- Christopher Columbus : Pembantai Terbesar Sepanjan...
- 5 tipe nama BAYI yang bakal nge-TREND di tahun 2011
- Baju Renang Terseksi Yang Pernah Ada
- Desain Senjata Masa Depan Indonesia!
- Resep Cepat Kaya Versi Gayus
- Irfan Bachdim Diklaim Malaysia
- Christian Gonzalez masuk Team of the week ESPN ! (...
- 5 Cara Membangkitkan Indra ke 6
- 12 Bentuk Fobia Seks
- Ditangkap, Pengirim SMS 'Beliin Mama Pulsa'
- Inilah 8 Artis Dunia Yang Menikahi Fansnya[pict++]
- Kalau Udah Nafsu, ML dimanapun jadi
- Hard disk pertama, 1 Ton.
- 6 Gangster Mafia Yang Paling Ditakuti Didunia!!
- Agar Wanita "Tergila-gila" Saat Berhubungan Seks
- Artis Indonesia yang belum kawin
- Inilah Pemicu Pernikahan Tanpa Seks
- Kumpulan Foto Pangeran Arab Pesta SEX, Mabuk dan N...
- Pose Bocah Vietnam Korban AO Rebut Hadiah UNICEF
- Demi Job, Sarah dan Rahma Azhari Rela Foto Bugil
- (hot)>> korea utara akhirnya siap memulai "perang ...
- Gonzales: Semoga Fagundez Bisa Jadi WNI
- Gugat Garuda di Kostum Timnas David Tobing: Saya T...
- Pelatih Filipina Tak Salahkan Kipernya
- Keriuhan GBK Hampir Timbulkan 'Petaka'
- Etheridge Terkesima Atmosfer GBK
- Dari El Loco untuk Suporter 'Merah Putih'
- Masih Ada Inzaghi di Milan Musim Depan
- WikiLeaks: AS Soroti Tommy Soeharto Muncul di HUT ...
- inilah manusia anti lupa
- Tertawa, obat paling ampuh perbaiki kesehatan anda
- pornografi menjadi website favorit orang kantoran
- Sejarah dunia yang di sembunyikan
- Bahaya duduk dengan kaki menyilang
- Makanan penambah daya ingat
- Sekolah di Chicago Larang Seorang Guru Naik Haji
- Penghasilan Pengamen yang sangat mengejutkan
- 12 Selebriti Berpenghasilan Triliunan Jatuh Bangkr...
- Foto Terjatuhnya Pesawat Ke Permukaan Laut....
- Gigi Seputih Mutiara, Ini Caranya !!
- Tablet The One Berprosesor Dual Core NVIDIA Tegra 2
- RoverPad 3WZ10 Android Tablet
- Ini Restoran Udah Kebanyakan Duit....Coba Diliat G...
- kolam renang unik
- Suli SL-7 Tablet Android 7 Inci Terbaru
- Pangeran Saudi Doyan Narkoba dan Pesta
- Google Pamer Tablet Android Motopad
- 6 Foto Jembatan Dubai Termewah di Dunia
- Samsung Gloria, Tablet Windows 7 Sliding QWERTY
- Sepatu Keren Adidas Untuk Pecandu Facebook & Twitter
- 10 Hujan Langka dan Aneh Di Dunia
- Belahan Belahan Yang paling Disukai Para Pria
- Cangkir Terbesar Di Dunia Ada di Sri Lanka
- Cerita Heboh Karena Facebook
- Fujitsu Hadirkan Tablet PC Lifebook T580 dan TH550
- Indoleaks.org – wikileaks Versi Indonesia
- Rahasia Warna Bendera Indonesia.
-
▼
Desember
(125)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar