Erupsi
Gunung Merapi di DI Yogyakarta berulang kali mengubah jalan sejarah.
Berdasarkan catatan para vulkanolog, letusan-letusan besar pernah
terjadi antara tahun 800 dan 1.300 Masehi yang merobohkan sebagian
puncak Merapi.
Bahkan,
letusan-letusan dahsyat Merapi pada periode itu juga diyakini telah
memaksa Kerajaan Mataram Hindu yang sebelumnya berpusat di Jawa
Tengah-DI Yogyakarta pindah ke Jawa Timur. Reinout Willem van Bemmelen,
ahli geologi Belanda, menyebutkan angka tahun 1006 sebagai tahun letusan
besar Merapi yang mendorong perpindahan pusat Kerajaan Mataram Hindu.
Bahkan, ia mengajukan hipotesis bahwa letusan itulah yang mengubur Candi
Borobudur yang berjarak 30 kilometer di barat Merapi.
Belakangan
angka tahun 1006 ditolak banyak ahli karena tidak didukung bukti-bukti
otentik, terutama prasasti sejarah yang menyebutkan perpindahan Mataram
ke Jawa Timur terjadi pada tahun 928 Masehi. Namun, melalui penelitian
stratigrafi di berbagai lokasi candi yang tersebar di Yogyakarta dan
Jawa Tengah, para peneliti Merapi sepakat erupsi gunung tersebut dalam
waktu lama menekan kehidupan warga Mataram Kuno.
Senior
Research Fellow Earth Observatory of Singapore di Nanyang Technological
University, A Ratdomopurbo, mengatakan, dalam kurun 1.000 tahun
sebagaimana dalam berbagai dokumen, Merapi tercatat beberapa kali
meletus eksplosif.
Tren letusan eksplosif juga berlanjut pada masa modern. Journal
of Volcanology and Geothermal Research yang mengupas khusus soal Merapi
(2000) melaporkan, selama masa kolonial Belanda, tercatat setidaknya
terjadi enam letusan besar Merapi, yaitu pada 1587, 1672, 1768, 1822,
dan 1872.
Letusan
pada 1822 termasuk yang besar dengan jangkauan awan panas mencapai
kawasan sejauh 10-15 kilometer, merata di Kali Blongkeng, Senowo, Apu,
Trising, Gendol, dan Woro, termasuk wilayah yang sekarang menjadi
Lapangan Golf Cangkringan. Letusan yang disebabkan hancurnya kubah lava
dan memunculkan awan panas sejauh 13 kilometer juga terjadi pada 1930.
Letusan ini mengubur 13 desa, merenggut jiwa 1.369 orang dan 2.100
ternak. Endapan lahar mencapai ketebalan 10 meter.
Letusan
yang terjadi pada kurun 1984, 1992, dan 1994 relatif kecil dengan jarak
jangkau luncuran awan panas kurang dari 8 kilometer. Namun, tetap saja,
letusan pada 1994 mengakibatkan jatuhnya korban.
Merapi
biasanya butuh waktu lama untuk mengumpulkan tenaga. Pada Juni 2006,
letusan awan panas sejauh 7 kilometer ke arah Kali Gendol mengakibatkan
warga Kali Adem panik dan mengungsi. Dua orang tewas terkena awan
panas.(Kompas.Com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar