Jumat, 12 November 2010

Ternyata merapi bisa mengubah sejarah

Share |
Erupsi Gunung Merapi di DI Yogyakarta berulang kali mengubah jalan sejarah. Berdasarkan catatan para vulkanolog, letusan-letusan besar pernah terjadi antara tahun 800 dan 1.300 Masehi yang merobohkan sebagian puncak Merapi.
Bahkan, letusan-letusan dahsyat Merapi pada periode itu juga diyakini telah memaksa Kerajaan Mataram Hindu yang sebelumnya berpusat di Jawa Tengah-DI Yogyakarta pindah ke Jawa Timur. Reinout Willem van Bemmelen, ahli geologi Belanda, menyebutkan angka tahun 1006 sebagai tahun letusan besar Merapi yang mendorong perpindahan pusat Kerajaan Mataram Hindu. Bahkan, ia mengajukan hipotesis bahwa letusan itulah yang mengubur Candi Borobudur yang berjarak 30 kilometer di barat Merapi.
Belakangan angka tahun 1006 ditolak banyak ahli karena tidak didukung bukti-bukti otentik, terutama prasasti sejarah yang menyebutkan perpindahan Mataram ke Jawa Timur terjadi pada tahun 928 Masehi. Namun, melalui penelitian stratigrafi di berbagai lokasi candi yang tersebar di Yogyakarta dan Jawa Tengah, para peneliti Merapi sepakat erupsi gunung tersebut dalam waktu lama menekan kehidupan warga Mataram Kuno.
Senior Research Fellow Earth Observatory of Singapore di Nanyang Technological University, A Ratdomopurbo, mengatakan, dalam kurun 1.000 tahun sebagaimana dalam berbagai dokumen, Merapi tercatat beberapa kali meletus eksplosif.
Tren letusan eksplosif juga berlanjut pada masa modern. Journal of Volcanology and Geothermal Research yang mengupas khusus soal Merapi (2000) melaporkan, selama masa kolonial Belanda, tercatat setidaknya terjadi enam letusan besar Merapi, yaitu pada 1587, 1672, 1768, 1822, dan 1872.
Letusan pada 1822 termasuk yang besar dengan jangkauan awan panas mencapai kawasan sejauh 10-15 kilometer, merata di Kali Blongkeng, Senowo, Apu, Trising, Gendol, dan Woro, termasuk wilayah yang sekarang menjadi Lapangan Golf Cangkringan. Letusan yang disebabkan hancurnya kubah lava dan memunculkan awan panas sejauh 13 kilometer juga terjadi pada 1930. Letusan ini mengubur 13 desa, merenggut jiwa 1.369 orang dan 2.100 ternak. Endapan lahar mencapai ketebalan 10 meter.
Letusan yang terjadi pada kurun 1984, 1992, dan 1994 relatif kecil dengan jarak jangkau luncuran awan panas kurang dari 8 kilometer. Namun, tetap saja, letusan pada 1994 mengakibatkan jatuhnya korban.
Merapi biasanya butuh waktu lama untuk mengumpulkan tenaga. Pada Juni 2006, letusan awan panas sejauh 7 kilometer ke arah Kali Gendol mengakibatkan warga Kali Adem panik dan mengungsi. Dua orang tewas terkena awan panas.(Kompas.Com)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

google translate

Arsip Blog

Submit Your Site To The Web's Top 50 Search Engines for Free!