Dua kelompok pemberontak bentrok
dengan tentara Sudan Selatan pada Sabtu, 8 Januari 2011 kemarin.
Bentrok ini diduga merupakan upaya untuk menakut-nakuti pemilih di
beberapa kawasan.
Referendum
yang diperkirakan akan menghasilkan negara baru sehingga membelah Sudan
menjadi dua negara ini diikuti 3,9 juta pemilih terdaftar. Supaya sah,
referendum harus diikuti 60 persen pemilih terdaftar.
Sabtu kemarin, Presiden Sudan
Selatan Salva Kiir yang bertemu Senator Amerika Serikat John Kerry
berpidato di hadapan pemilih. Meski belum resmi menjadi negara sendiri,
sejak beberapa tahun lalu, Sudan Selatan memiliki administrasi
pemerintahan sendiri yang beroposisi dengan Pemerintahan Sudan yang
berpusat di Khartoum.
"Saya mendesak kalian semua
membuat putusan secara damai sebagai upaya mengakhiri perjalanan
panjang," kata Kiir. "Dari sisi pemerintahan Sudan Selatan, kami
menjanjikan atmosfir yang tenang dan keamanan terjamin."
Kerry, salah satu pemantau di
referendum ini, menyatakan stabilitas di Sudan Utara juga kritis. Sudan
akan kehilangan separuh tanahnya, hampir seperempat populasinya dan
kebanyakan penghasil uangnya, minyak, jika Selatan memilih merdeka.
"Ini bukan hanya momen penentuan
nasib sendiri dari Selatan, jika mereka melakukannya, tapi ini juga
pembaharuan dari bangsa yang ada di Utara. Itu harapan kami, terlepas
dari itu terjadi atau tidak, tergantung pada pemimpinnya," kata Kerry.
Sudan Selatan telah
bertahun-tahun perang saudara dengan Utara. Beberapa pekan ini terjadi
gencatan senjata namun dua kelompok kecil belum rekonsiliasi.
Jika referendum ini berhasil,
negara terbesar di Afrika ini akan terbagi dua antara Utara yang
didominasi Arab yang Muslim dan Selatan yang didominasi etnis Afrika
yang umumnya Kristen dan animis. Juli nanti, Sudan Selatan akan menjadi
negara termuda di dunia.
Amerika
Serikat sendiri telah meletakkan referendum di selatan ini sebagai
prioritas politik luar negeri mereka. Jika referendum berhasil, Amerika
berjanji mengeluarkan Sudan dari daftar negara sponsor teroris. (Sumber: Associated Press | kd)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar